Pakar politik dari Universitas
Indonesia Andrinof Chaniago mengatakan kemenangan pasangan Joko
Widodo-Basuki Tjahaja Purnama dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
DKI Jakarta menunjukkan tak berlakunya politik uang dalam pesta
demokrasi tersebut.
"Memang pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli memiliki basis yang
banyak, tapi basis tersebut dibangun dengan uang. Nah, kalau ada yang
tidak suka dengan pasangan itu, maka akan membuatnya kalah. Basis yang
dibangun dengan uang tidak akan selamanya langgeng," kata Andrinof di
Jakarta, Kamis.
Selain itu, lanjutnya, penyebab kekalahan dari pasangan Fauzi
Bowo-Nachrowi Ramli adalah terlalu menyerang pasangan lain. Menurut
pakar ini,pasangan petahana terlalu bernafsu menjegal pasangan calon
lain.
"Banyak ungkapan merendahkan yang dilontarkan kepada kandidat lain.
Lama-kelamaan masyarakat pun jadi berpikir dan yang direndahkan juga
kelihatan semakin bermutu. Jadi seperti senjata makan tuan," tambahnya.
Disinggung faktor apa saja yang menjadi penyebab kemenangan Joko
Widodo-Basuki Tjahaja Purnama, Andrinof mengatakan bahwa sosok Jokowi
(panggilan akrab Joko Widodo-red) memiliki kelebihan-kelebihan yang
selama ini masih tersembunyi.
"Misalnya saja berprestasi, jujur, bersih, merakyat dan karakter positifnya banyak sekali."
Masyarakat, lanjutnya, memang menginginkan hal seperti itu. Namun
selama ini belum ada sosok yang seperti itu. Begitu Jokowi mencalonkan
sebagai kandidat gubernur DKI, maka banyak yang menginginkannya sebagai
pemimpin.
Pilkada DKI Jakarta yang dilangsungkan 11 Juli itu diikuti enam
pasangan calon yakni Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, Alex Noerdin- Nono
Sampono, Jokowi-Basuki Tjahaja, Hidayat Nurwahid-Didik J Rachbini,
Faisal Basri-Biem Benyamin dan Hendarji Soepanji-A Riza Patria.
Hasil hitung cepat Lingkaran Survei Indonesia (LSI) atas Pilkada DKI
2012 menyebutkan pasangan Joko Widodo-Basuki memperoleh 43,04 persen
suara atau urutan ke-1, kemudian disusul urutan ke-2 pasangan Fauzi
Bowo-Nachrowi Ramli (34,17 persen).