Iklan Produk

Friday, December 27, 2013

SEJARAH IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA



Sejarah Ikatan Fisioterapi Indonesia

 

Sebagai perkumpulan persatuan dari suatu profesi fisioterapi pada waktu itu dibentuklah suatu wadah atau organisasi untuk profesi Fisioterapi pada tahun 1961 yang bernama HAFI - Himpunan Asisten Fisioterapi Indonesia, yang bertujuan untuk memperkenalkan profesi yang baru ini kepada saudara-saudara kita yang bekerja dalam bidang kesehatan lainnyadan masyarakat luas.
Keadaan pada waktu itu lulusan Fisioterapi langsung mendapatkan ikatan dinas dan ditempatkan, (sesuai dengan ketentuan Departemen Kesehatan).
Atas dukungan Bpk. Prof. Dr. Suharso (Supervisor RC pada masa itu), kawan-kawan Fisioterapi bergerak untuk segera membentuk organisasi Fisioterapi yang bertujuan agar profesi Fisioterapi selain bekerja dalam membantu pemulihan kesehatan pasien yang non infectious, fractur, dislokasi dan degenerative deases juga agar Profesi Fisioterapi di Indonesia dapat setaraf dengan Fisioterapis dari luar negri terutama dari Negara Persemakmuran, Eropa dan Amerika Serikat. Organisasi ini disebut IKAFI.
Pengurus IKAFI yang pertama (1968 - 1970) adalah Ketua Umum - Albert Siahaan, MNZSP, Sekretaris Jenderal - Boedoyo,SMPh. Pada periode ini sudah terbentuk DCAFI (cabang) untuk wilayah : Jakarta, Bandung, Solo, Surabaya, Semarang. Dan IKAFI pun diterima sebagai Temporary Member of WCPT (London).
Pada tahun 1970 Ketua Umum IKAFI diundang ke Amsterdam untuk mengikuti kongres WCPT. Kemudian diadakan Kongres pertama IKAFI yang diadakan di Jakarta. Dengan kekuatan bersama dari semua Panitia dan Anggota serta Sponsor yang mendukung, Kongres pertama pun sukses digelar. Dalam Kongres I yang dibuka atas nama MenKes tersebut berhasil dibuat pengesahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Program Jangka Pendek dan Jangka Panjang IKAFI. Dibentuk pula kepengurusan pusat IKAFI untuk periode berikutnya (1970 - 1974), dimana Bpk. Albert Siahaan dan Bpk. Boedoyo kembali terpilih masing-masing sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal IKAFI.
Pada tahun 1974 Ketum IKAFI berangkat ke Montreal untuk menghadiri kongres WCPT dimana pada saat itu IKAFI masih distatuskan sebagai anggota sementara WCPT. Lalu diselenggarakanlah Kongres ke II IKAFI di kota Bandung, dimana terpilih Bpk. Drs. Suhardi, SMPh sebagai Ketua Umumnya.
Perubahan IKAFI menjadi IFI bermula semenjak kepengurusan pusat, aktif bergerak di konsorsium kesehatan (CHS) yang dipimpin oleh Bpk. Prof. Dr. Ma'rifin Husin, MSc. Dimana beliau pada saat itu menganjurkan agar IKAFI berubah singkatan menjadi IFI, seperti IDI dan IBI. Pada akhirnya, nama organisasi Fisioterapi pun berubah dari IKAFI menjadi IFI. Setelah sebelumnya disetujui dahulu melalui Kongres VII Makasar pada 1996.
Dalam upaya pengembangan organisasi dan profesionalisme, Ikatan Fisioterapi Indonesia berupaya meningkatkan standar kompetensi anggota dengan berbagai kegiatan pendidkan, Ilmiah dan pengabdian masyarakat. Atas dukungan dari para pemangku kepentingan, Ikatan Fisioterapi Indonesia berusaha memberikan kemampuan terbaiknyaa untuk peningkatan derajat kesehatan dan produktivitas masyarakat luas.

2.2.       Visi dan Misi
VISI : Menjadikan IFI sebagai wadah perjuangan guna mewujudkan profesi fisioterapi mandiri profesional pada 2016.
MISI : 
1.    Menetapkan arah pendidikan dan  pendidikan profesi Fisioterapi
2.    Memperjuangkan keterbukaan akses , pola dan metode peningkatan kompetensi
3.    Memantapkan penerapan perundang-undangan yang mengatur profesi Fisioterapi dan melakukan advokasi
4.    Meningkatkan kerjasama internal dan eksternall antar lembaga baik dalam negeri maupun luar negeri
5.    Menetapkan tata kelola organisasi yang berprinsip pada good governance
6.    Meningkatkan kegiatan komunikasi sosial guna meningkatkan citra organisasi dan citra profesi.

2.3.       Kode Etik Fisioterapi Indonesia (KODEFI)
Kode Etik Fisioterapi Indonesia sesuai dengan Kep/100/VIII/2001/IFI (Ref; WCPT, APA, APTA) menghasilkan 7 butir garis besar :
1.    Menghargai hak dan martabat individu.
2.    Membantu siapa saja yang membutuhkan pelayanan profesionalnya tanpa diskriminasi.
3.    Memberikan pelayanan profesional dengan jujur, berkompeten dan bertanggungjawab.
d. Mengakui batasan dan kewenangan profesi dan hanya memberikan pelayanan dalam lingkup profesi fisioterapi
4.    Menjaga rahasia pasien yang dipercayakan kepadanya.
5.    Selalu menjaga standar profesi dan meningkatkan pengetahuan/ketrampilan.
6.    Memberikan kontribusi dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan untuk meningkatkan derajat kesehatan individu dan masyarakat.

2.4.       Hak-Hak Profesi Organisasi Ikatan Fisiterapi Indonesia (IFI)
1.    Ikatan Fisioterapi Indonesia berhak atas loyalitas anggota dan memberikan perlindungan dari pelecehan akibat pelayanan yang inkopeten, ilegal dan bertentangan dengan kode etik profesi
2.    Ikatan Fisioterapi Indonesia berhak atas nama baik dan menolak pelecehan dari siapapun.
3.    Ikatan Fisioterapi Indonesia berhak atas pengajaran fisioterapi yang berkualitas, kompeten dan berpengalaman dibidangnya.
4.    Ikatan Fisioterapi Indonesia berhak atas praktek fisioterapi yang profesisonal dan menolak diajarkan secara semena-mena kepada individu atau kelompok lain.

2.5.       Bagian Bidang Ifi
1.    BD. Organisasi & Hubungan Lembaga
2.    BD. Pendidikan Berkelanjutan
3.    BD. Pelatihan & Pengembangan Propesi
4.    BD. Litbang & Sertifikasi
5.    BD. Pengembangan & Pelayanan Hukum
6.    BD. Usaha & Pengabdian Masyarakat
7.    BD. Pembangunan Kantor & Sektariat Ifi

2.6.       Tanggung Jawab Fisioterapi
1.        Fisioterapi mengemban tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya dan    memanfaatkan ketrampilan dan keahlian secara efektif untuk kepentingan individu dan masyarakat.
2.        Fisioterapi dimanapun dia berada hendaknya selalu meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dilingkungannya.
3.        Fisioterapi harus menjamin bahwa pelayanan yang diberikan, jenis, dosis, struktur organisasi dan alokasi sumber daya dirancang untuk pelayanan yang berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan individu, masyarakat, kolega, dan profesi lain.
4.        Fisioterapi hendaknya selalu mencari, memberi dan menerima informasi agar dapat meningkatkan pelayanan.
5.        Fisioterapi harus menghindari praktek ilegal yang bertentangan dengan kode etik profesi.
6.        Fisioterapi harus mencantumkan gelar secara benar untuk mengambarkan status profesinya.
7.        Fisioterapi wajib memberikan informasi yang benar kepada masyarakat dan profesi kesehatan lainnya tentang fisioterapi dan profesi kesehatan lainnya tentang fisioterapi dan pelayanan profesionalnya sehingga mereka menjadi tahu dan mau menggunkannya.
8.        Fisioterapi dalam menentukan tarif pelayanan harus masuk akal dan tidak memanfaatkan profesi untuk semata-mata mencari keuntungan.
9.        Jasa profesisional yang diterima fisioterapi harus diadaptkan dengan cara yang jujur.
10.    Fisioterapi dalam memanfaatkan teknologi berdasarkan efektivitas dan efisiensi demi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan individu dan masyarakat.

PENGERTIAN DEFENISI BIDAN



Bidan
2.2.1 Definisi
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang di akui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan peraktik kebidanan (Sofyan DKK, 2006 ; 15).
Bidan adalah seseorang yang telah menjalani program pendidikan bidan, yang diakui oleh Negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait kebidanan serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dn memiliki izin formal untuk praktik bidan (Soepardan, 2008 ; 2).
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan  bidan yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negri itu. (IBI, 2008 ; 72)

DEFENISI dan PENGERTIAN SIKAP



2.2  Sikap
2.2.1 Definisi
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan. Sikap merupakan kecendrungan yang berasal dari dalam diri indivindu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut (Maulana, 2009, hal 196).
Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek – aspek tertentu dalam lingkungannya (Mubarak, 2010 hal : 84).
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007, hal: 146). 
2.2.2  Ciri-ciri Sikap
Menurut Sobur, Alex (2003 ; 355), ciri khas dari sikap adalah:
a.    Mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, konsep, situasi, benda, dan sebagainya).
b.    Mengandung penilaian (suka-tidak suka, setuju-tidak setuju).
2.2.3  Tingkatan Sikap
          Tingkatan Sikap menurut Notoatmodjo (2007 ; 144), adalah:
a.    Menerima (Receiving)
     Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus     yang diberikan (objek).
b.    Merespon (Responding)
     Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas    yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c.    Menghargai (Valuing)
     Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah   adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d.   Bertanggung jawab (Responsible)
     Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala  risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.2.4  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Saiffudin (2011 ; 30), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah:
a.         Pengalaman Pribadi
       Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, untuk dapat mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.
b.        Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
       Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.


c.         Pengaruh Kebudayaan
       Kebudayaan di mana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.
d.        Media Massa
       Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
e.         Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
       Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
f.         Pengaruh Faktor Emosional
       Tidak semua bentuk sikap yang ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
2.2.5 Cara Menilai Sikap Dengan Skala Guttman
Pada skala Guttman terdapat beberapa pertanyaan yang diurutkan secara hierarchies untuk melihat sikap tertentu sesorang. Skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersikap tegas dan konsisten. Misalnya yakin-tidak yakin; Ya-tidak; Benar-salah; positif-negatif; pernah-tidak pernah; setuju-tidak setuju; dan lain sebagainya (Riduwan., 2010 ; 16).