Iklan Produk

Monday, May 11, 2015

MAKALAH FILSAFAT ILMU


Sejarah Perkembangan Dan Kegunaan Filsafat Ilmu

1.        Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu
            Kemunculan dan perkembangan pengetahuan pada zaman batu dan logam ± 4 juta tahun sebelum masehi ditemukan adanya konsep tentang alat untuk kegiatan manusia. Konsep tersebut menjelma sebagai benda-benda yang dipakai oleh sekelompok manusia dan menunjukkan adanya perubahan. Perubahan itu adanya hubungan dengan perbaikan fungsi dan perbaikan bahan. Perbaikan fungsi berarti adanya kecendurungan menuju kepada fungsi yang lebih baik. Perbaikan bahan adalah bukti adanya hasil karya manusia yang disebut kebudayaan yang diciptakan oleh manusia.
            Secara historis, periodisasi perkembangan dapat dikelompokkan ke dalam beberapa masa, yaitu sebagai berikut:
1.         Zaman Prasejarah
Zaman prasejarah disebut juga zaman batu atau masyarakat purba. Zaman ini manusia telah mampu menciptakan konsep tentang alat sebagai perkakas untuk keperluan kehidupan manusia. Hal tersebut menunjukkan telah ada pemikiran menuju kearah ilmu pengetahuan. Kemudian pada masa ini mereka sudah mampu memelihara tanaman dan hewan liar hingga menjadi hewan dan tanaman yang kualitasnya sesuai serta memenuhi kebutuhan manusia (misalnya gemuk, kuat, tahan panas atau dingin, lari cepat dan lain-lain). Pengetahuan yang mereka lakukan bersifat mencoba-coba dan salah atau gagal (trial and eror). Namun demikian, setelah ratusan tahun semua penemuannya menjadi mapan dan dapat diulangi serta berkesinambungan sehingga tersusunlah know how. Dengan rasa ingin tahunya, manusia selalu berupaya mencari jawaban-jawaban atas permasalahan yang dihadapinya yang dilakukan secaraimiah dan dilakukan secara terus menerus sehingga terjadi perubahan-perubahan kearah yang lebih baik.
2.         Zaman Sejarah
Zaman sejarah disebut juga zaman batu muda atau zaman peradaban dan pertanian. Pada masa ini manusia telah mempunyai kemampuan menulis, membaca dan menghitung sehingga setiap peristiwa dapat dicatat dan dapat memperkecil kesalahan. Di zaman ini telah dapat memasyarakatkan pengetahuan secara luas walaupun disampaikan secara lisan (socialization of knowledge). Kemajuan pengetahuan terlihat pesat dengan bukti lahirnya kerajaan-kerajaan besar seperti Mesir, Babilonia, Sumeria, Niniveh, dan juga kerajaan-kerajaan lain yang lahir di India dan Cina.
Kemampuan menulis di zaman ini adalah suatu peristiwa dapat dinyatakan dengan gambar-gambar yang ditemukan dalam goa-goa di Spanyol dan Perancis. Untuk memudahkan penulisan, gambar-gambar tersebut disederhanakan dan diberi bentuk tertentu (contoh tulisan kanji). Kemudian meningkatkan kepada lapangan yang bersifat abstraksi, yaitu suku kata yang diberi tanda tertentu dari segi bentuk dan bunyinya. Tingkat suku kata disebut hieroglif, yang dimulai oleh Jf. Champolion yang telah menganalisis sebuah tulisan pada sebuah batu yang disebut Batu Rosetta yang ditemukan dekat kota Rosseta (Mesir) pada tahun 1799 oleh seorang prajurit lascar Napoleon, yaitu tulisan “Yunani” tulisan “rakyat” (demotic) dan “hieroglif”.
Dari yang terakhir menuju kearah abjad merupakan suatu abstraksi lebih lanjut yang mungkin berdasarkan tingkatan hieroglif. Dari sejumlah suku kata yang bunyinya sama. Bunyi yang sama ini kemudian diberi tanda lagi, misalnya Ka, Ki, Ku, Ke, Ko. Dari suku-suku kata tersebut yang sama ialah bunyi K-nya. Sehingga seolah-olah K merupakan abstraksinya tingkat dua setelah tingkat hieroglif.
Kemampuan berhitung sama dengan kemampuan menulis, yaitu melalui proses abstraksi terhadap suatu soal yang sama diantra soal yang berbeda-beda. Metode yang digunakan adalah metode mapping, yaitu dengan cara mengumpulkan dan mengatur. Sebagai contoh, untuk menghitung jumlah kambing setiap hari, maka kambing yang berada di kandangnya dikeluarkan satu demi satu dengan menyisihkan sebuah batu kerikil setiap mengeluarkan setiap mengeluarkan seekor kambing. Setelah digembala seharian, maka kambing itu dapat dihitung kembali lagi ke kandangnya. Hasil dari abstraksi ini adalah bilangan satu, dua, tiga dan seterusnya, yang semuanya disebut system natural numbers. Kemampuan menulis dan berhitung dengan natural sistem jumlah adalah kemajuan yang sangat berarti, karena tanpa penemuan itu, kemajuan zaman seperti sekarang ini tak mungkin tercapai.
Pada era ini pengetahuan berlangsung lebih cepat dari era sebelumnya, misalnya yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan ialah tentang catatan perbintangan yang bermuara kepada “astrologi dan astronomi”. Cara yang dilakukan di sini melalui tahapan-tahapan: pengamatan, pengumpulan data, analisis, abstraksi, dan sintesis kembali. Tahapan-tahapan ini sampai sekarang masih dilakukan dalam berbagai lapangan yang luas dengan alat-alat modern, seperti alat potret, tape recorder, kaset, komputer dan sebagainya. Kemudian timbullah sejumlah penemuan dan perkembangan lainnya. Seperti a)  lapangan matematika di Mesir ditemukannya segi tiga dengan unit 3,4 dan S yaitu segi tiga siku-siku pada zaman Phytagoras (580-500 SM); b) lapangan perdagangan, timbullah pengukuran, luas ladang diukur, berat gandum diukur, hasilnya dihitung untuk raja atau negara, petani dan harga hasil panen ditetapkan. Dalam dunia dagang tercipta uang logam sebagai nilai tukar. c) lapangan hukum, perundang-undangan raja ditulis, yang pada zaman sekarang ditemukan di berbagai tempat.
3.         Zaman Logam
Zaman logam masuk dalam kategori kebudayaan klasik. Pada masa ini perkembangan ilmu lebih pesat lagi, yaitu telah ditemukannya logam yang diolah sedemikian rupa menjadi sebuah perhiasan yang indah dan mahal harganya. Kemampuan yang tinggi, kemudian dipakai untuk hal-hal diabadikan dalam bentuk patung yang sekarang masih tersimpan dimuseum, bernilai artistik tinggi. Misalnya patung Nefertili adalah patung istri raja Firaun di Mesir. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya kebudayaan yang tinggi dan adanya kerajaan yang luas dan berkuasa.
Menurut Burhanuddin Salam (2000:34) pada zaman purba secara ringkas ditandai oleh lima macam kemampuan, yaitu a) know how dalam kehidupan sehari-hari; b) pengetahuan ang berdasarkan pengalaman. Pengalaman ini diterima sebagai fakta oleh sikap receiptive mind, kalaupun ada keterangan tentang fakta tersebut maka keterangan itu bersifat mistis, magis dan religius; c) kemampuan menemukan abjad dan natural number system berbagai jenis siklus, yang semuanya berdasarkan proses abstraksi; d) kemampuan menulis, berhitung, dan menyusun kelender yang semuanya berdasarkan sintesis terhadap hasil abstraksi yang dilakukan; e) kemampuan meramalkan berdasarkan peristiwa-peristiwa fasis, seperti gerhana bulan dan lain-lain.
4.         Zaman Yunani dan Romawi
Perkembangan know how di masaa ini tingkatannya lebih maju dari zaman sebelumnya. Pengetahuan empiris berdasarkan sikap receptive attitude mind, artinya bangsa Yunani tidak dapat menerima empiris secara pasif reseptif karena mereka memiliki jiwa an inquiring attitude. Maka lahirlah filsafat yang mempunyai arti lebih luas daripada sekarang, yaitu meliputi semua bidang ilmu sebagai induk ilmu pengetahuan (matter scientiarium).
Thales (dari Miletus 624-548 SM) sebagai filsuf pertama yang mempertanyakan dasar isi alam. Jawaban atas pertanyaan itu ada empat (air, api, udara dan tanah) yang masing-masing filsuf berbeda-beda pendapat. Namun, bagi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, yang penting bukan jawabannya tetapi pertanyaannya. Pertanyaan Thales sampai saat ini tetap relevan yang menyebabkan riset berkesinambungan yang mendorong pemikiran riset, bahkan menimbulkan konsep baru dalam zamannya, yaitu timbulnya konsep tentang evolusi (development proces).
5.         Filsafat Ilmu di India dan Cina
Filsafat di India sangat berlainan dengan filsafat modern yaitu lebih menyurupai ngelmu dari ilmu, lebih mendekati arti kata philosophia yang semula, lebih merupakan ajaran Hindu yang bertujuan memaparkan bagaimana orang dapat mencapai kebahagian yang kekal (Burhanuddin Salam, 2000:54). Sikap orang Yunani lebih objektif dan rasional teknis dan sikap orang India lebih subjektif, lebih mementingkan perasaan, dan terbuka bagi realitas ajaib yang mengatasi segala-galanya dan harus dihormati dengan korban-korban dan upacara-upacara. Alam pikiran orang India adalah magic religious filsafat tidak dipandang sebagai ilmu tersendiri melainkan sebagai faktor penting dalam usaha pembebasan diri.
Sifat-sifat khusus yang membedakan filsafat India dan Yunani adalah seluruh pengetahuan filsafat diabadikan kepada usaha pembebasan atau penebusan, berpangkal pada buku-buku kuno yang kekuasaannya tidak dapat diganggu gugat, hanya dapat ditafsirkan dan diterangkan lebih lanjut, perumusan-perumusan umumnya kurang tajam tidak tegas membedakan yang konkret dan abstrak, tampak kekuatan asimilasi yang sangat besar, hingga unsur-unsur yang bertentangan satu sama lain dimasukkan dalam sistem “syncretism” dan sistem yang ditemukan sejumlah pengertian yang timbul bukan dari filsafat, melainkan merupakan warisan dari zaman kuno.
Filsafat Cina (Tionghoa) pusat perhatiannya Chutzu atau Hsuan-Hsueh, yaitu kelakuan manusia sikapnya terhadap dunia yang mengelilinginya, dan sesama manusia, karena manusia dan dunia merupakan satu kesatuan, satu kosmos, kesatuan yang tidak boleh diganggu oleh perbuatan-perbuatan manusia yang tidak selayaknya. Mereka menitikberatkan kepada what man is (= his moral quality) daripada what he has (= his intellectual and material capacities). Pengetahuan tidaklah dikejar “asal mengetahui saja”. Cita-cita mereka tak lain daripada menjadi “the inner sage”, yang “bijaksana” yang lebih menitikberatkan pada etika bukanlah logika atau metafisika.
6.         Filsafat Ilmu pada Masa Islam
Ilmu pengetahuan dan teknologi modern lahir dari kandungan Islam, yaitu menemukan metode ilmiah yang menjadi kunci pembuka rahasia alam semesta yang menjadi perintis modernisasi Eropa dan Amerika.
Percobaan-percobaan yang dilakukan dalam dunia Isalam mirip dengan percobaan trial and eror dengan motif untuk membuat logam emas yang sangat berharga. Sehingga lahirlah metode kimia (Arab; al kimia) sebagai awal dari chemistry zaman modern. Ditemukannya berbagai penemuan antara lain dalam dunia kedokteran ialah salmak. Ilmu kedokteran zaman Islam berkembang baik sekali berkat dorongan para raja.
Tokoh dalam lapangan ilmu kedokteran di antaranya al-Razi, Ibnu Sina, Abu al-Qasim, Ibnu Rusyd dan al-Idrisi. Ibnu Sina menulis buku-buku standar kedokteran sampai tahun 1650. Abu al-Qasim menulis Ensiklopedia Kedokteran antara lain tentang bedah dan mereka berkarya pada lapangan ilmu astronomi, matematika dan filsafat. Ibnu Rusyd menulis tentang kedokteran dan menerjemahkan karya Aristoteles, ia penganut aliran evolusianisme. Sementara al-Idrisi membuat 70 peta dari daerah yang dikenalnya lalu dipersembahkan kepada raja Roger II dari kerajaan Sicilia. Dalam lapangan astronomi dia mempertahankan asas yang ditetapkan oleh Ptolemeus, yaitu geosentris dan homosenris. Pada masa Islam banyak melahirkan ilmu pengetahuan, yang sampai saat ini masih relevan digunakan. Pola pikirnya rasional, empiris dan luas serta menggunakan metode ilmiah.
7.         Filsafaat Ilmu pada Abad Kegelapan
Pada masa ini bangsa Romawi lebih sibuk dengan masalah-masalah keagamaan yang terus mempelajari dosa dan bagaimana cara menghapuskannya sebagaimana diungkapkan Burhanuddin Salam (2000:129) sebagai berikut:
“betapapun terkenalnya bangsa Romawi, namun dalam lapangan ilu pengetahuan mereka praktis tidak memberikan sumbangan apapun. Bangsa Romawi ulung dalam soal militer dan peperangan, soal politik, perdagangan, pelayaran, pembangunan sistem pengajaran, jalan raya dan pertanian serta peternakan. Kerajaan yang tunduk pada Katolik-Romawi yang tidak memberikan sumbangan yang berarti dalam lapangan pengetahuan. Mereka lebih sibuk dengan masalah-masalah keagamaan, dan terus menerus mempelajari masalah dosa, penghapusan dosa, soal ketuhanan dan sebagainya tanpa memerhatikan soal duniawi dan soal ilmu pengetahuan.”
Bangsa Romawi pada masa ini tidak memerhatikan soal pengetahuan dan soal duniawi sehingga kerajaan Romawi runtuh. Maka masa ini dikenal sebagai masa kegelapan. Disini tidak terjadi perubahan pengetahuan karena mereka hanya berpegang pada karya Aristoteles tanpa banyak mengadakan perubahan. Mereka menganggap segala ilmu yang bertentangan dengan Arsitoteles dan Kitab Suci harus dilenyapkan. Hal tersebut menunjukkan bangsa Romawi mengalami kemunduran berpikir sehingga ilmu pengetahuan tidak berkembang.
8.         Filsafat Ilmu pada Abad ke-16 dan 17
abad ke-16 dan 17 merupakan masa kebangkitan atau renaissance berarti massa untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik (Yunani-Romawi) dengan meninggalkan kebudayaan tradisional yang bernafaskan Kristiani (Burhanuddin Salam, 2000: 131). Dimasa ini dikenal sebagai periode kebangkitan eropa dan mulai bangkit ilmu pengetahuan yang melahirkan suatu teori yang disebut teori realisme dan idealisme. Teori ini mempunyai pandangan yang realistis terhadap dunia ini. Pengetahuan menurut teori ini adalah gambaran yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata ini. Sedangkan teori idealisme berpendapat bahwa mempunyai gambaran yang benar-benar tepat sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Oleh karena itu, pengetahuan bagi seorang idealis hanya merupakan subjektif dan bukan objektif tentang kenyataan.
Pada masa ini dari segi metodologi dan psikologi, seluruh llmu pengetahuan menurut Burhanuddin Salam (2000:165), didasarkan pada hal-hal berikut ini:
a.       Pengamatan dan pengalaman manusia terus menerus.
b.      Pengumpulan data yang terus menerus dilakukan secara sistematis.
c.       Analisis data yang ditempuh dengan berbagai cara (misalnya analisis langsung, analisis perbandingan dan analisis matematika menggunakan model-model matematika)
d.      Penyusunan model-model atau teori-teori, serta penyusunan ramalan-ramalan sehubungan dengan model-model itu.
e.       Percobaan-percobaan untuk menguji ramalan-ramalan tersebut. Percobaan itu akan menghasilkan beberapa keungkinan diantaranya mungkin benar dan mungkin salah jika terbukti salah, terbuka kemungkinan untuk mencari kesalahan cara berpikir sehingga terbuka pula kemungkinan untuk memperbaiki. Dengan demikian ilmu pengetahuan modern memiliki suatu built-in self corrective system yang memungkinkan disingkirkanya kesalahan dami kesalahan secara bertahap untuk menuju ke arah kebenaran.
Metode berpikir pada masa ini sudah menggunakan metode ilmiah mulai dari pengamatan yang ditunjang oleh teori-teori kemudian dianalisis yang dilakukan secara berkesinambungan sehingga kesalahan-kesalahan dapat diperbaiki dan menghasilkan yang terbaik.
9.      Filsafat Ilmu pada Abad ke-18 dan 19
pada masa ini kecepatan perkembangan ilmu pengetahuan pada abad-abad berikutnya benar-benar sangat menakjubkan. Ilmu pengetahuan empiris makin mendominasi ilmu pengetahuan. Satu penemuan diikuti dengan penemuan lain, saling mengisi. Penemuan-penemuan di akhir abad 18 didominasi oleh pegetahuan bidag fisika. Tokoh-tokoh fisika seperti Faraday (1791-1967), penemuan dibidang kelistrikan, galvanik dan lain-lain sehingga semuanya itu membuka jalan bidang ilmu lainnya.
Aliran baru dalam lapangan ekonomi, sosial dan alam pikiran terus bergejolak. Masih diilhami adanya hukum-hukum alam dan manifestasinya sebagai hak asasi manusia, timbul aliran falsafah baru yang dipimpin oleh Karl Marx dan Frederick Engels, yang dinamakan dialektif materialism, karena teori dialektif sejarah Hegel diberi interpretasi aterialistis oleh Karl Marx, secara ringkas pandangan-pandangan dan ajaran-ajaran itu terdapat dalam Manifesto Communist.
10.     Filsafat Ilmu pada Abad ke-20
Filsafat pada abad ke-20 merupakan abad percobaan bagi ilmu pengetahuan. Perang dunia ke-1 dan ke-2 sebagai coreng sejarah menandai ketidaksanggupan ilmu pengetahuan membimbing dirinya. Di sini menunjukkan bahwa ilmu yang semula tujuannya baik ternyata malah berdampak negatif bahkan membinasakan manusia. Sebagai contoh penemuan bom atom yang digunakan pada perang dunia ke-2 telah membinasakan banyak manusia.
Ada tiga teori yang datang di abad ke-20 yang cukup menggelisahkan ilmu pengetahuan, yaitu teori relativitas, teori quantum, dan teori elektris tentang materi. Dalam abad ke-20 ilmu pengetahuan empiris bertambah banyak dan maju dan ilmu pengetahuan mulai memasuki kesadaran baru, mulai menyadari batas-batas kemampuannya.
2.  Kegunaan Filsafat Ilmu
Adapun manfaat dari mempelajari filsafat ilmu, yaitu :                             
1.      Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir.
artinya hanya berpikir murni dalam bidangnya  tanpa mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap aktivitas keilmuwan nyaris-nyaris tidak dapat dilepaskan dalam konteks kehidupan sosial kemasyarakatan. Jadi filsafat ilmu diperlukan kehadirannya di tengah perkembangan IPTEK yang ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu pengetahuan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmumaka para ilmuwan akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap ke dalam sikap arogansi intelektual. Hal yang diperlukan adalah sikap keterbukaan diri di kalangan ilmuwan sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan umat manusia.
2.      Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai ontologis. Melalui paradigma ontologism diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan spiritual keilmuan yang mampu mengatasi bahaya sekularisme segala ilmu.
3.      Mengembangkan ilmu, teknologi dan pertindustrian dalam batasan nilai epistemologis. Melalaui paradigma epistemologis diharapkan akan mendorong pertumbuhan wawasan intelektual keilmuan yang mampu membentuk sikap ilmiah.
4.      Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan aksiologi.
Melalui paradigma aksiologis diharapkan dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai etis, serta mendorong perilaku adil dan membentuk moral tanggung jawab. Segala macam ilmu dan teknologi dipertanggung jawabkan bukan unntuk kepentingan manusia, namun juga untuk kepentingan obyek semua sebagai sumber kehidupan.
5.      Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit dan tertutup.
6.      Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.
7.      Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadimaupun dalam hubungannya dengan orang lain, alam sekitar,dan Tuhan YME.
8.      Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk membuat hidup menjadi lebih baik
9.      Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari keberadaan kita.
10.  Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat pemecahannya.
11.  Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas, sehingga dapat membendung egoisme dan ego-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan kesenangan diri sendiri).
12.  Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal, holistik dan sistematis, hingga kita tidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran.
13.  Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
14.  Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan mite, melainkan juga merenggut manusia keluar dari penjara itu. Filsafat ilmu membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan dogma.
15.  Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan persoalan yang ilmiah dengan yang tidak ilmiah.
16.  Filsafat ilmu memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian disiplin ilmu yang ditekuni.
17.  Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin ilmu.
18.  Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian penalaran supaya manusia dapat menyerasikan antara logika, rasio, pengalaman, dan agama dalam usaha mereka dalam pemenuhan kebutuhannya untuk mencapai hidup yang sejahtera.
19.  Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum. Menghindarkan diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa ilmu sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran. Menghidarkan diri dari egoisme ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang lain di luar bidang ilmunya.