CARA
MENENTUKAN UMUR BUMI
Banyak
fosil yang membuktikan ketidakbenaran teori evolusi disembunyikan oleh para
evolusionis (pendukung teori evolusi) dan bahkan dipalsukan untuk kepentingan
mereka. Hal yang paling menarik dari skenario para evolusionis adalah umur dari
fosil-fosil ini.
Evolusionis menyatakan
bahwa Archaeopteryx hidup 150 juta tahun yang lalu, manusia Lucy 3 juta tahun
lalu, dan reptil pertama hidup 250 juta tahun yang lalu. Akan tetapi,
penelitian yang dilakukan terhadap fosil-fosil ini menunjukkan kenyataan bahwa
umur yang disebutkan memperlihatkan bias dan interpertasi yang menipu.
Kenyataannya, semua
angka-angka jutaan tahun yang diberikan para evolusionis terhadap umur fosil
ini sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabk an. Metoda untuk menentukan umur
fosil ini sangat spekulatif. Lebih jauh, metoda “penentuan umur” yang lain
tidak diterima oleh evolusionis, karena bisa membuktikan bahwa umur fosil
ternyata jauh lebih muda.
Sebenarnya
pertanyaannya adalah mengenai umur bumi, bukan hanya umur fosil. Evolusionis
berpendapat bahwa umur bumi adalah 4,5 miliar tahun. Angka ini digunakan oleh
berbagai media cetak dan elektronik, literatur sains dan sumber-sumber yang
lain. Banyak orang percaya pada pendapat tersebut yang menyatakan bahwa bumi
umurnya beberapa miliar tahun dan menerimanya tanpa pembuktian yang nyata.
Pendapat ini tetap
bertahan tanpa adanya langkah nyata untuk membuktikan kebenarannya. Termasuk
angka-angka perkiraan yang diberikan oleh para evolusionis terhadap umur fosil
pada kenyataannya sangat meragukan.
Kemudian, apakah
pentingnya mengetahui umur bumi sudah tua (4,5 miliar tahun) atau masih muda
(ribuan tahun)?
George de Buffon, salah
satu pionir teori evolusi, pertama kali menyatakan bahwa umur bumi lebih tua
dari 80 ribu tahun. Geologis James Hutton dan Charles Lyell menunjuk pada umur
yang lebih tua lagi. Dengan berkembangnya teori evolusi, perkiraan umur bumi
menjadi semakin tua. Para pendukung evolusi menerima bahwa umur bumi adalah 4,5
miliar tahun dan makhluk hidup pertama ada 3,5 miliar tahun lalu.
TEORI EVOLUSI
Apa alasan para
evolusionis begitu memaksakan hal ini? Mengapa teori ini mencoba menaikkan umur
bumi dari semenjak pertama teori evolusi dicetuskan?
Alasannya adalah :
proses evolusi memerlukan waktu yang sangat lama untuk bisa terjadi. Klaim
bahwa semua makhluk ada karena perkembangan secara bertahap dari satu sel
makhluk hidup, tentu saja akan gagal dan tidak berarti apa-apa jika umur bumi
masih muda – hanya beberapa ribu tahun lalu. Tetapi jika bisa dibuktikan bahwa
umur bumi adalah beberapa miliar tahun, maka waktu yang diperlukan untuk
terjadinya proses evolusi bisa dipenuhi menurut teori ini.
TES RADIOMETRIK
Zaman sekarang ini ada
dua macam tes untuk menentukan umur bumi.
Pertama berdasarkan
observasi (pengamatan)
Tes yang dilakukan
terhadap kejadian alam yang ada di muka bumi. Jika diamati bahwa beberapa
peristiwa geologis terjadi pada masa tertentu, maka bisa diasumsikan dengan
mempergunakan data ini, kejadian yang sama telah terjadi dalam kurun waktu yang
sama di masa lalu.
Mengacu pada prinsip
ini, bisa perkirakan umur bumi. Sebagai contoh, diasumsikan rasio konsentrasi
garam di laut naik 100 ton dalam sebulan. Berdasarkan rasio ini, metoda
penentuan umur dilakukan dengan cara : Memperkirakan jumlah garam yang ada di
semua lautan, selanjutnya dibagi dengan jumlah rasio peningkatan yang sudah
ditentukan sebelumnya. Angka yang diperoleh akan mengindikasikan jumlah bulan
yang dilewati sampai sekarang, dari sejak pertama kali adanya lautan (dengan
asumsi tidak ada kandungan garam di laut mula-mula).
Yang kedua adalah tes
Radiometrik.
Test ini ditemukan awal
abad 20 dan menjadi sangat populer. Teknik test Radiometrik terletak pada
prinsip bahwa “atom tidak stabil” di material radioaktif akan berubah menjadi
“atom stabil” dalam satu interval waktu tertentu. Kenyataan bahwa perubahan ini
terjadi dengan jumlah yang sudah dipastikan dan juga dalam periode waktu yang
tertentu, membuat timbulnya gagasan untuk mempergunakan data ini sebagai
penentu dari umur fosil dan umur bumi.
Tes radiometrik
digunakan untuk menghitung umur batuan sesuai dengan prinsip setengah-umur,
yaitu: ada sejumlah elemen radioaktif di batuan vulkanik di bumi. Kandungan
radio aktif di batuan ini secara alami hilang dan berubah menjadi bentuk yang
stabil. Dengan melihat proses ini, menghitung jumlah radioaktif dan material
stabil, bisa ditentukan berapa banyak material radioaktif yang berubah ke dalam
bentuk stabil di dalam rentang waktu tertentu. Sehingga umur batuan ini adalah
dua kali dari jumlah material radioaktif berubah menjadi setengah-umur.
Umur bumi juga
ditentukan dengan metoda yang sama. Batuan yang dipakai untuk memperkirakan
umur bumi sama dengan dengan meteor atau tanah di bulan, yang diasumsikan
diciptakan pada waktu yang sama dengan bumi. Sampel dari batuan ini diasumsikan
sebagai batuan yang tertua, dan digunakan untuk menentukan umur bumi. Sesuai
dengan data ini, umur bumi adalah 4,6 miliar tahun.
Masyarakat Mesir
mula-mula membuat kalender bulan berdasarkan siklus (peredaran) bulan selama
291/2 hari. Karena dianggap kurang tetap kemudian mereka menetapkan kalender
berdasarkan kemunculan bintang anjing (Sirius) yang muncul setiap tahun. Mereka
menghitung satu tahun adalah 12 bulan, satu bulan 30 hari dan lamanya setahun
adalah 365 hari yaitu 12 x 30 hari lalu ditambahkan 5 hari. Mereka juga
mengenal tahun kabisat. Penghitungan ini sama dengan kalender yang kita gunakan
sekarang yang disebut Tahun Syamsiah (sistem Solar).
Penghitungan kalender
Mesir dengan sistem Solar kemudian diadopsi (diambil alih) oleh bangsa Romawi
menjadi kalender Romawi dengan sistem Gregorian. Sedangkan bangsa Arab kuno
mengambil alih penghitungan sistem lunar (peredaran bulan) menjadi tarik
Hijriah.
Peradaban
lembah sungai Nil
Peradaban lembah sungai
Nil di Mesir, Afrika, lahir disebabkan kesuburan tanah disekitar lembah sungai
yang diakibatkan oleh banjir yang membawa lumpur. Hal inilah yang menarik
perhatian manusia untuk mulai hidup dan membangun peradaban ditempat tersebut.
Peradaban lembah sungai
Nil dibangun oleh masyarakat mesir kuno
Kehidupan
masyarakat Mesir kuno
Sungai Nil adalah
sungai terpanjang di dunia yaitu mencapai 6400 kilometer. Sungai Nil bersumber
dari mata air di dataran tinggi (pegunungan) Kilimanjaro di Afrika Timur.
Sungai Nil mengalir dari arah selatan ke utara bermuara ke Laut Tengah. Ada
empat negara yang dilewati sungai Nil yaitu Uganda, Sudan, Ethiopia dan Mesir.
Setiap tahun sungai Nil
selalu banjir . Luapan banjir itu menggenangi daerah di kiri kanan sungai,
sehingga menjadi lembah yang subur selebar antara 15 sampai 50 kilometer. Di
sekeliling lembah sungai adalah gurun. Batas timur adalah gurun Arabia di tepi
Laut Merah. Batas selatan terdapat gurun Nubia di Sudan, batas barat adalah
gurun Libya. Kemudian batas utara Mesir adalah Laut Tengah.
Menurut
mitos, air sungai yang mengalir terus tersebut adalah air
mata Dewi Isis yang selalu sibuk menangis dan menyusuri sungai Nil untuk
mencari jenazah puteranya yang gugur dalam pertempuran.
Namun secara ilmiah,
air tersebut berasal dari gletsyer yang mencair dari pegunungan Kilimanjaro
sebagai hulu sungai Nil.
Peranan sungai Nil
begitu penting bagi lahirnya kehidupan masyarakat di lembah sungai tersebut.
Maka tepatlah jika Herodotus menyebutkan “Mesir adalah hadiah sungai Nil”
(Egypt is the gift of the Nile)
Lembah sungai Nil yang
subur mendorong masyarakat untuk bertani. Air sungai Nil dimanfaatkan untuk
irigasi dengan membangun saluran air, terusan-terusan dan waduk. Air sungai
dialirkan ke ladang-ladang milik penduduk dengan distribusi yang merata. Untuk
keperluan irigasi dibuatlah organisasi pengairan yang biasanya diketuai oleh
para tuan tanah atau golongan feodal. Hasil pertanian Mesir adalah gandum,
sekoi atau jamawut dan jelai yaitu padi-padian yang biji atau buahnya keras
seperti jagung.
Untuk memenuhi
kebutuhan barang-barang serta untuk menjual hasil produksi rakyat Mesir, maka
dijalinlah hubungan dagang dengan Funisia, Mesopotamia dan Yunani di kawasan
Laut Tengah. Peranan sungai Nil adalah sebagai sarana transportasi perdagangan.
Banyak perahu-perahu dagang yang melintasi sungai Nil.
Masyarakat Mesir
mengenal bentuk tulisan yang disebu Hieroglyph berbentuk gambar. Tulisan
Hieroglyph ditemukan di dinding piramida, tugu obelisk maupun daun papirus.
Huruf Hieroglyph terdiri dari gambar dan lambang berbentuk manusia, hewan dan
benda-benda. Setiap lambang memiliki makna. Tulisan Hieroglyph berkembang
menjadi lebih sederhana kemudian dikenal dengan tulisan hieratik dan demotis.
Tulisan hieratik atau tulisan suci dipergunakan oleh para pendeta. Demotis
adalah tulisan rakyat yang dipergunakan untuk urusan keduniawian misalnya jual
beli.
Huruf-huruf Mesir itu
semula menimbulkan teka-teki karena tidak diketahui maknanya. Secara kebetulan
pada waktu Napoleon menyerbu Mesir pada tahun 1799 salah satu anggota
pasukannya menemukan sebuah batu besar berwarna hitam di daerah Rosetta.
Batu itu kemudian
dikenal dengan batu Rosetta memuat inskripsi dalam tiga bahasa. Pada tahun 1822
J.F. Champollion telah menemukan arti dari isi tulisan batu Rosetta dengan
membandingkan tiga bentuk tulisan yang digunakan yaitu Hieroglyph, Demotik dan
Yunani.
Dengan terbacanya isi
batu Rosetta terbukalah tabir mengenai pengetahuan Mesir kuno (Egyptologi) yang
Anda kenal sampai sekarang.
Selain di batu, tulisan
Hieroglyph juga ditemukan di kertas yang terbuat dari batang Papirus.
Dokumen Papirus sudah
digunakan sejak dinasti yang pertama. Cara membuat kertas dari gelagah papirus
adalah dengan memotongnya. Kemudian kulitnya dikupas dan intinya diiris/disayat
tipis-tipis.