Iklan Produk

Thursday, July 12, 2012

Wisata Pulau Nias

 
SELANCAR, surfing, menikmati karang, mendengar debur ombak, berjemur atau sekadar bertelanjang dada menikmati sinar matahari di pantai-pantai menjadi gambaran yang muncul di benak begitu kata “Nias” disebut. Bayangan indahnya sebuah pulau tropis pun menyeruak. Lautnya yang jernih, hangatnya air berlapis hijau bening dan biru memukau, pasir landai, bau garam ditiup angin, dan barisan pepohonan kelapa di pinggir pantai. Terbayang pula ingatan tentang pesona tinggalan budaya megalitik, rumah-rumah adat ramah lingkungan, tarian perang, dan lompat batu yang tersohor.
Kepulauan Nias adalah bagian kecil keindahan Indonesia. Merupakan daerah kepulauan yang memiliki 27 pulau-pulau kecil. 11 di antaranya berpenghuni sedang sisanya belum dihuni penduduk. Pulau ini berada di sebelah barat Pulau Sumatera dan tergabung dalam pemerintahan Sumatera Utara. Pulau yang disebut sebagai Tano Niha ini dihuni oleh mayoritas suku Nias yang disebut Ono Niha. Kelompok masyarakat berkulit pucat dengan mata sipit seperti kebanyakan ras mongoloid. Berada di tengah-tengah masyarakat ini seperti berada di lingkungan masyarakat lain di luar Indonesia.
Cara bertutur mereka cukup unik. Vokal suara keras dan lepas dengan bunyi-bunyi bahasa yang sulit disimak. Tidak terlalu familiar. Iramanya cepat. Tidak ada konsonan akhir dalam bahasa tutur mereka.
Ini adalah perjalanan kedua saya ke Nias. Seperti perjalanan pertama ke Pulau ini, perjalanan kali ini pun demi kepentingan pekerjaan. Kali ini sebagai kru sebuah kelompok pembuat film dokumenter. Travelling di hari terakhir plus menikmati perjalanan di sela-sela waktu senggang selalu menjadi bonus dari setiap perjalanan dinas. Kali ini juga.
Dari Medan kami berangkat berempat. Tim kecil untuk menjelajah Nias. Sejak awal, rencana perjalanan sudah diatur. Kami akan berangkat dengan menumpang pesawat terbang dari Bandara Polonia Medan menuju Bandara Binaka, Gunung Sitoli. Sedangkan untuk pulang, kami akan melalui jalur laut dan darat. Menggunakan Feri atau Jet Foil dari Gunung Sitoli menuju Sibolga, selanjutnya melalui jalur darat menuju Medan. Semua cara tempuh wajib dicoba.
Di Bandara Polonia beberapa turis asing mewarnai penumpang yang akan berangkat ke Nias. Sepertinya mereka adalah penggemar olahraga selancar. Papan-papan selancar telah dikemas siap untuk dimasukkan dalam bagasi pesawat. Siang itu, langit Medan sangat cerah. Dibutuhkan waktu 45 menit perjalanan menuju kota Gunung Sitoli. Sialnya, di atas ketinggian 30.000 kaki, langit dipenuhi kabut. Guncangan-guncangan kecil membuat badan pesawat seperti batuk. Kepala saya mendadak pusing. Untung saja tidak mabuk. Saya harap tidak akan pernah terjadi. Dalam riwayat travelling saya, “aib” tersebut wajib dihapus dari daftar cerita.
Sesampainya di Bandara Binaka, 2 orang kawan telah menunggu. Sebuah Ford Double Cabin berwarna perak siap menjelajah Nias bersama kami. Hari itu kami beristirahat di sebuah penginapan di Gunung Sitoli. Menyiapkan energi menjelajah Nias Selatan esok harinya.